PERLAWANAN SESUDAH TAHUN 1800
- Perlawan rakyat Maluku di Bawah pimpinan Pattimura
1. Terjadinya perlawanan :
Para penjajah telah melaksanakan praktik monopoli yang menyebabkan penderitaan, kemiskinan, kelaparan,dan kesengsaraan.
2. Tokoh perlawanan :
Kapten Pattimura
3. Akhir perlawanan :
Tertangkapnya para pemimpin Maluku yang gagah berani tersebut menyebabkan perjuangan rakyat Maluku melemah dan akhirnya Maluku dapat dikuasai oleh Belanda.
- Perlawan Pangeran Diponogoro
1. Terjadinya perlawanan :
v Keraton merasa dihina dan diturunkan martabatnya akibat pemerintah kolonial Belanda terlalu jauh mencamcuri urusan dalam keraton,
v Penderitaan rakyat yang makin menghebat akibat pelakuan pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang,
v Kekecewaan kaum ulama terhadap sikap orang-orang Belanda yang merendahkan budaya Timur dan menjujung tinggi budaya Barat.
v Pembuatan jalan Yogyakarta-Magelang yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegero di Tegalrejo tanpa izin.
2. Tokoh perlawanan :
v Pangeran Diponegoro
v Suryomataram
v Ario Prangwadono
v Pangeran Serang
v Notoprojo
v Sentot Prawirodirjo
v Pngeran Ariokusmo
v Kiai Mojo
3. Akhir perlawanan :
Berakhirnya Perang Jawa yang merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa ini banyak memakan korban dipihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu berkebangsaan Eropa, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa. Sehingga setelah perang ini jumlah penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya.
- Perlawanan rakyat Sulawesi Selatan
- Terjadinya perlawanan :
Berakhirnya pemerintahan Inggris menyebabkan Belanda kembali ke Sul-Sel. Belanda menghadapi kondisi yang kurang memuaskan. Oleh karena itu Belanda mengundang raja-raja Sulawesi Selatan untuk meninjau kembali perjanjian Bongaya yang tidak sesuai lagi dengan sistem pemerintahan imprealisme. Pertemuan tersebut hanya dihadiri Raja Gowa dan Sindereng. Pada tahun 1824, Belanda menyerang Ternatte dan berhasil menguasiainya. Selain Ternatte Belanda juga menyerang Kerajaan Suppa yang dinbantu oleh pasukan dari Gowa dan Sindereng yang dimenangkan oleh Belanda. Pasukan Bone yang menghancurkan pos-pos Belanda di Pangkajene, Labakang, dan merebut kembali Ternatte. Oleh karena itu kekuatan Bone makin besar dan daerah kekuasannya makin luas.Di sisi lain, kedudukan Belanda di Makassar makin lemah. Oleh karena itu, Belanda meminta tolong kepada Batavia. Hal ini jelas melemahkan pasukan Bone.
v Raja Bone
v Raja Ternatte
v Raja Suppa
Pertempuran terus berkobar dan pasukan Bone bertahan mati-matian. Karena kalah dalam persenjataan, pasukan Bone makin terdesak. Benteng Bone yang terkuat di Bulukumba dapat dikiuasai oleg Belanda. Dengan jatuhnya Bone, perlawanan rakyat makin melemah. Namun, pertempuran-pertempuran kecil masih terus berlangsung hingga awal abad ke-20.
1. Terjadinya perlawanan :
Kaum Padri adalah kelompok masyarakat yang ingin menegakkan agama Islam dari tindakan-tindakan yang menyimpang dari ajaran alquran. Sikap itu mendapat tentangan keras dari kaum adat. Kaum adat yang tetap ingin mempertahankan kebiasaanya. Akibat pertentangan itu masyarakat Minangkabau terpecah menjadi dua kelompok yang saling bermusuhan. Permusuhan makin sengit ketika kaum adat meminta bantuan kepada Belanda.
2. Tokoh Perlawanan :
v Tuanku Imam Bonjol
v Tuanku nan Cerdik
v Tuanku Pasaman
v Tuanku Hitam
3. Akhir perlawanan :
Kaum Padri berjuang mati-matian tetapi akibat persenjataan kurang Benteng Bonjol jatuh ke tangan Belanda. Tuanku Imam Bonjol tertangkap dan dibuang ke Cianjur dan kemudian dipindahkan ke Minahasa hingga wafat (1864). Tuanku Imam Bonjol dimakamkan di Pineleng dekat Manado.
- Perlawan rakyat Bali terhadap Belanda
1. Terjadinya perlawanan :
Pada abad ke19, pemerintahan Belanda ingin menguasai Bali untuk memperkuas wilayah.Pada tahun 1844, kapal Belanda terdampar di Buleleng.Hal ini sesuai dengan hukum tawan karang, yaitu hukum adat yang berlaku di Bali. Kemudian Belanda menuntut penghapusan hukum Tawan Karang serta raja-raja di Bali mau mengakui kekuasaan Belanda dan melindungi perdagangannya di Bali. Kalau tutututan itu tidak dipenuhi, Bali akan diserang. Diprakarsai oleh Patih Buleleng, I Gusti Ketut Jalantik, raja-raja Bali menolak tuntutan itu dan siap bertempur menghadapi Belanda.
2. Tokoh perlawanan :
v I Gusti Jalantik
v Patih Buleleng
v Raja Bali
v Raja Karang Ngasem
3. Akhir perlawanan :
Jatuhnya kerajaan Buleleng, menyebabkan raja-raja Bali lainnya bersikap lunak terhadap Belanda, bahkan bersedia membantunya. Akhirnya kedua kerajaan tersebut jatuh ke tangan Belanda. Raja Buleleng dan I Gusti Ketut Jelantik meloloskan diri pada tahun 1849. Setelah kerajaan Buleleng dapat dikuasai, Belanda berusaha menaklukan kerajaan Bali lainnya. Hal ini memaksa para raja Bali mengambil alternatif terakhir untuk mempertahankan kehormatannya, yaitu perang puputan (perang terakhir sampai mati).
1. Terjadinya perlawanan :
Belanda dapat menjalin hubungan dengan Kerajaan Banjar pada masa pemerintahan sultan Adam. Setelah Sultan Adam wafat tahun 1857, Belanda mulai turut campur dalam urusan pergantian tahta kerajaan. Akibatnya, rakyat tidak menyukai Belanda. Belanda dengan sengaja dan sepihak melantik Pangeran Tamjid Illah sebagai sultan. Ditengah tengah perebutan tahta, meletuslah perang Banjar pada tahun 1859 dengan Pangeran Antasari sebagai pemimpinnya.
2. Tokoh perlawanan :
v Sultan Adam
v Pangeran Antasari
v Pangeran Hidayatulloh
v Kiai Demang Lamang
v H.Nasrun
v H.Bayasin
v Kiai Lalang
v Gusti Matseman
3. Akhir perlawanan :
Pangeran Antasari melakukan pertempuran bersama rakyat. Bahkan, pada bulan Maret 1862 Antasari diangkat menjadi Sultan dengan gelar Panembahana Amiruddin Khalifatul Mukminin.Setelah Pangeran Antasari meninggal, perjuangan dilanjutkan oleh putranya bernama Gusti Matseman namun, perlawanan rakyat Banjar makin hari makin melemah.
1. Terjadinya perlawanan :
Tindakan Aceh yang menjalin hubungan dengan bangsa lain sangat dikhawatirkan oleh Belanda.Oleh karena itu, Belanda sering memancing keributan dengan menggeledah dan menangkap pelaut Aceh yang baru kembali dari negara lain. Rakyat Aceh pun sering membalas dengan menyergap kapal-kapal Belanda.
2. Tokoh perlawanan :
v Tengku Cik Di Toro
v Teuku Umar
v Cut Nyak Dien
3. Akhir perlawanan :
Taktik perang gerilya Aceh ditiru oleh Van Heutz, dimana dibentuk pasukan marsuse yang dipimpin oleh Christoffel dengan pasukan Colone Macan yang telah mampu dan menguasai pegunungan-pegunungan, hutan-hutan rimba raya Aceh untuk mencari dan mengejar gerilyawan-gerilyawan Aceh.Taktik berikutnya yang dilakukan Belanda adalah dengan cara penculikan anggota keluarga gerilyawan Aceh. Misalnya Christoffel menculik permaisuri Sultan dan Tengku Putroe (1902). Van Der Maaten menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim. Akibatnya, Sultan menyerah pada tanggal 5 Januari 1902 ke Sigli dan berdamai. Van Der Maaten dengan diam-diam menyergap Tangse kembali, Panglima Polim dapat meloloskan diri, tetapi sebagai gantinya ditangkap putera Panglima Polim, Cut Po Radeu saudara perempuannya dan beberapa keluarga terdekatnya. Akibatnya Panglima Polim meletakkan senjata dan menyerah ke Lhokseumawe pada Desember 1903. Setelah Panglima Polim menyerah, banyak penghulu-penghulu rakyat yang menyerah mengikuti jejak Panglima Polim.Taktik selanjutnya, pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yang dilakukan dibawah pimpinan Van Daalen yang menggantikan Van Heutz. Seperti pembunuhan di Kuta Reh (14 Juni 1904) di mana 2.922 orang dibunuhnya, yang terdiri dari 1.773 laki-laki dan 1.149 perempuan.Taktik terakhir menangkap Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar yang masih melakukan perlawanan secara gerilya, dimana akhirnya Cut Nya Dien dapat ditangkap dan diasingkan ke Cianjur.